Selasa, 30 September 2014

SEJARAH QURBAN DAN MUTIARA HIKMAHNYA


            Kurban atau disebut juga Udlhiyyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sedangkan menurut istilah, kurban adalah salah satu ritual ibadah umat Islam yang ditandai dengan dilakukan penyembelihan binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah. Kurban dilakukan di bulan Dzulhijjah pada penanggalan Islam (Hijriyyah), yakni pada tanggal 10 (hari Nahar) dan 11,12, 13 (hari Tasyrik) bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Pada tanggal 10 Dzulhijjah-nya umat Islam berbondong-bondong pergi ke lapangan untuk melaksanakan shalat sunat dua raka’at dan mendengarkan khutbah. Setelah itu bagi orang yang mampu berkurban, diteruskan untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.
A.    Sejarah Kurban
          Jika dirunut secara historis, peristiwa penyembelihan hewan kurban ini terjadi sejak jaman Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad SAW dan umatnya. Pada zaman Nabi Adam, kisahnya terdapat padaSurat Al-Maidah ayat 27: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".Allah memerintah Adam agar mengawinkan Qabil dengan saudara perempuan kembar Habil yang bernama Labuda yang tidak bagus rupa, dan mengawinkan Habil dengan saudara perempuan kembar Qabil yang bernama Iqlima yang cantik rupa. Pada saat itu Adam dilarang Allah mengawinkan perempuan kepada saudara laki-lakinya yang kembar. Namun Qabil menolak hal ini, sementara Habil menerima. Qabil ingin kawin dengan saudara perempuan kembarnya sendiri yang cantik rupa. Maka Adam menyuruh kedua anaknya untuk berkurban, siapa yang diterima kurbannya, itu yang menjadi suami bagi saudara perempuan kembar Qabil yang cantik. Kemudian kedua anak Adam itu berkurban, Habil adalah seorang peternak kambing dan ia berkurban dengan Kambing Qibas yang berwarna putih, matanya bundar dan bertanduk mulus, dan berkurban dengan jiwa yang bersih. Sementara Qabil adalah tukang bercocok tanam, Ia berkurban dengan makanan yang jelek, dan niat yang tidak baik. Maka diterima kurbannya Habil dan tidak diterima kurbannya Qabil. Dan kurban-kurban itu diletakkan di sebuah gunung dan tanda diterimanya kurban itu ialah dengan datangnya api dari langit lalu membakarnya. Dan ternyata api menyambar Kambing Qibas kurbannya Habil, sebagai tanda diterima kurbannya. Melihat hal demikian Qabil marah, dan membunuh saudaranya.
           Pada masa nabi Idris, bagi kaumnya ditetapkan hari-hari raya pada waktu-waktu yang tertentu serta berkurban. Di antaranya saat terbenam matahari ke ufuk dan saat melihat hilal. Mereka diperintah berkurban antara lain dengan al-Bakhûr (dupa atau wangi-wangian), al-Dzabâih (sembelihan), al-Rayyâhîn (tumbuhan-tumbuhan yang harum baunya), di antaranya al-Wardu (bunga ros), dan al-hubûb biji-bijian, seperti al-Hinthah (biji gandum), dan juga berkurban dengan al-Fawâkih (buah-buahan), seperti al-‘Inab (buah anggur). Sedangkan pada zaman Nabi Nuh, sesudah terjadi banji, Nabi Nuh membuat tempat yang sengaja dan tertentu untuk meletakkan kurban, yang nantinya kurban tersebut sesudah diletakkan di tempat tadi dibakar. Adapun pada masa Nabi Ibrahim, dapat dipahami dari Al-Qur’an Surat Ash-Shaffaat ayat 102:“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Dalam mimpinya, Ibrahim mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail. Ketika sampai di Mina, Ibrahim menginap dan bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah, malamnya di Mina, Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang tidak berbeda pula. Ibrahim kemudian mengajak putranya, Ismail, berjalan meninggalkan tempat tinggalnya, Mina. Baru saja Ibrahim berjalan meninggalkan rumah, syetan menggoda Siti Hajar: “Hai Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail?”. Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: “Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau diapakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Setibanya di Jabal Kurban, sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail. Rencana itu pun berubah drastis, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Ash-Shaffaat ayat 103-107: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah Dia: "Hai Ibrahim, “Kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar “.
      Penyembelihan kurban berlaku juga hingga zaman Nabi Musa As. Nabi Musa membagi binatang yang disediakan untuk kurban kepada dua bagian, sebagian dilepaskan saja dan dibiarkan berkeliaran sesudah diberi tanda yang diperlukan. Dan sebagian lagi disembelih.  Pada zaman Bani Israil, jika seorang dari mereka berkurban, orang-orang keluar menyaksikan apakah kurban mereka itu diterima atau tidak. Jika diterima datang api putih (Baidhâ`u) dari langit membakar apa yang dikurbankan. Jika kurbannya tidak diterima, api itu tidak muncul. Dan rupa api itu Lâ dukhâna lahâ wa lahâ dawiyun (api yang tidak berasap dan berbunyi). Dan bila seorang laki-laki dari mereka (Bani Israil) bershadaqah, jika diterima turun api dari langit, lalu membakar apa yang mereka sodaqohkan. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya adalah di antara nabi dan rasul dari Bani Israil, pada keduanya ada kurban. Dan kurbannya adalah binatang dan Amti'atun  (barang-barang) lalu dibakar api. Bangsa Yahudi merupakan sebagian dari bani Israil. Sementara Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya’qub. Nabi Ya’kub bergelar, Israil. Pada bangsa Yahudi terdapat kurban yang biasa mereka lakukan demikian juga pada bangsa Nasrani. Kurban pada bangsa Yahudi dan bangsa Nasrani, yaitu melakukan pengurbanan dengan membakar sebagai sesaji yang bertujuan mengingat-ingat kesalahan, yaitu dengan menyembelih sapi dan kambing jantan yang mulus, tidak cacat. Dengan menghidangkan: tepung, minyak dan susu. Kurban karena adanya ketentraman, sebagai rasa syukur kepada Tuhannya. Kurban pada bangsa Nasrani, antara lain: Persembahan missa seorang Kahin berupa roti dan arak. Yang menurut keyakinan pada mereka hakekatnya, roti dan arak yang mereka kurbankan ditukar dengan daging dan darah al-Masih.
      Selanjutnya, bangsa Arab Jahiliyah juga suka berkurban. Kurban mereka dipersembahkan untuk berhala-berhala yang mereka sembah. Kurbannya ada binatang yang disembelih untuk berhala, dan ada binatang yang dilepas bebas berkeliaran, juga untuk berhala. Cara kurban Arab Jahiliyah, yaitu mereka jika menyembelih binatang kurban, seperti unta, mereka percikan daging dan darahnya pada al-bait (ka’bah). Jika mereka menyembelih binatang, memercikan darahnya pada permukaan ka’bah, dan memotong-motong dagingnya lalu mereka simpan di atas batu. Selain kurban yang disembelih, juga ada kurban Jahiliyah yang dilepas untuk sembahan mereka, yaitu Bahîrah, sâibah, washîlah, hâm. Sembelihan Jahiliyyah itu terbagi tiga: 1) Untuk mendekatkan diri kepada sesuatu yang dipuja. Sembelihan untuk maksud ini dibakar, mereka ambil kulitnya saja, dan mereka berikan kepada Kahin (dukun), 2) Untuk meminta ampun. Untuk maksud ini, dibakar separuh, dan separuhnya lagi diberikan kepada kahin (dukun), 3). Untuk memohon keselamatan. Untuk maksud ini mereka makan. Pada waktu Ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Muthalib, belum dilahirkan. Abdul Muthalib pernah bernazar kepada berhalanya, bahwa jika anaknya laki-laki sudah ada sepuluh orang, maka salah seorang dari mereka akan dijadikan kurban di muka berhala yang ada di sisi Ka'bah yang biasa di puja oleh bangsawan Quraisy. Oleh sebab itu, setelah istri Abdul Muthalib melahirkan anak laki-laki maka mereka itu genaplah sepuluh orang. Abdul Muthalib bermimpi pada suatu malam ada suara yang memanggil, yang ia tidak mengerti maknanya, yaitu: Ihfir Thayyibah!, lalu pada malam kedua bermimpi lagi: Ihfir Barrah!, berikutnya bermimpi, Ihfir Madhmûnah! dan malam keempat suara dalam mimpinya yaitu: Ihfir Zamzam!. Setelah itu baru ia mengerti dan bermaksud untuk melaksanakan mimpinya itu. Sebelum pelaksanaan kurban itu, Abdul Muthalib mengumpulkan semua anak laki-lakinya dan mengadakan undian. Pada saat itu undian telah jatuh pada diri Abdullah. Padahal Abdullah itu seorang anak yang paling muda, yang paling bagus rupanya, dan yang paling dicintainya. Tetapi apa boleh buat, undian jatuh kepadanya, dan Abdullah menurut saja apa yang menjadi kehendak ayahnya.
       Seketika tersiar kabar di seluruh kota Mekkah, bahwa Abdul Muthalib akan mengurbankan anaknya yang paling muda. Namun ketika itu orang-orang Quraisy menolak dan menghalanginya. Hingga mereka mendatangi seorang al-‘Arâfat yaitu kahin di Yatsrib. Kahin Yatsrib menghukumi mereka supaya mengundi antara Abdullah dengan unta. Bila keluar unta, maka sembelih unta. Jika yang keluar Abdullah maka setiap kali keluar diganti dengan 10 ekor unta. Lalu mereka kembali ke Makkah, dan melakukan undian antara Abdullah dengan 10 ekor unta. Undian pertama keluar Abdullah, lalu diganti dengan 10 ekor unta. Hal ini berulang sampai undian yang kesembilan yang keluar Abdullah, baru yang kesepuluh keluar unta. Maka Abdul Muthalib mengganti Abdullah  dengan 100 ekor unta untuk berkurban. Dan dengan demikian Abdullah urung untuk dijadikan kurban oleh ayahnya. Dengan adanya peristiwa itu, maka Nabi Muhammad SAW setelah beberapa tahun lamanya menjadi Rasul pernah bersabda: “Aku anak laki-laki dari dua orang yang disembelih "Ibnu Dzabihain"."
       Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada waktu Haji Wada di Mina setelah solat Idul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Sayyidina Ali Ra. Allah berfirman: "Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur."(Al Hajj: 36). Ayat ini menjelaskan binatang yang dijadikan kurban, tujuan kurban, cara menyembelih hewan kurban, kapan memakan daging kurban, siapa yang dapat memakan daging kurban.
     Dari syari’at kurban pada zaman Nabi Ibrahim yang diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW seperti yang diuraikan di atas, maka umat Islam mengadakan penyembelihan hewan kurban di saat Idul Adha.Allah berfirman dalam Surat Al-Kautsar ayat 1-3: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” Bagi orang yang akan menyembelih hewan kurban diwajibkan untuk menyebut nama Allah, sebagaimana firman-Nya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka….”(QS. Al-Hajj: 34). Seraya berdo’a:”Bismillaahi Walloohu Akbar, Alloohumma minka walaka, Alloohumma Taqobbal Minnii.” (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah! Ini dari-Mu dan hanya untuk-Mu. Ya Allah! Terimalah kurban ini dariku).” (HR. Muslim).  Sementara hadits-hadits yang berkaitan dengan kurban antara lain: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Id kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah); Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah); “Jika masuk tanggal 10 Dzulhijjah dan ada salah seorang di antara kalian yang ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya.” (HR. Muslim); “Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang.“ (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).

B. Hikmah Berkurban
                Ibadah kurban sangat kaya akan pelajaran atau ‘itibar bagi umat Islam, antara lain:
  1. Al-Ikhlaasu Fil-‘Amal.Ibadah kurban merupakan pendidikan keikhlasan dalam beramal. Niat kurban itu hanya untuk dan demi menuju ridha Allah semata (Taujiihul ‘Ibaadah Libtighaai Mardhootillaah). Tidak boleh disertai kepentingan lain, selain lillahi rabbil'alamin. Syi'ar kurban bukan ajang pamer kekayaan dan kemewahan, melainkan kebanggaan dan keunggulan beribadah yang ditujukan hanya untuk Allah Yang Maha Kaya, sebagaimana bunyi do'a: "Warzuqnaa wa anta khairur-raaziqiin,” Ya Allah, beri kami rezeki, sebab Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Rezeki." (QS. Al-Maidah: 114). Allah ingin menanamkan pembelajaran motivasi pada kita semua, agar melepaskan baju kepentingan apapun, di luar kepentingan Tauhidullah semata. Dan ini tercermin dalam do'a kurban:”Bismillaahi Walloohu Akbar, Alloohumma minka walaka,Alloohumma Taqobbal Minnii.”(Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah! Ini dari-Mu dan hanya untuk-Mu. Ya Allah! Terimalah kurban ini dariku).” Seorang Muslim yang berkurban pada setiap tahunnya berarti ia telah melakukan sebuah latihan beramal yang diliputi oleh rasa ikhlas. Ikhlas dalam beramal merupakan salah satu kunci dalam beribadah kurban, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Teladan Nabi Ibrahim adalah merupakan sebuah contoh yang sangat monumental yang patut ditiru oleh generasi Muslim sepanjang zaman. Perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim serta anak beliau Nabi Ismail yang berjuang menaklukkan godaan syaitan. Syaitan membujuk mereka supaya mengurungkan perintah Allah dengan tidak perlu menyembelih putera tersayang Ismail yang remaja belia yang diharapkan menjadi pengganti dan penerus cita-cita menegakkan dan mendakwahkan kalimat tauhid yang menjadi inti aqidah Islam.Kalau bukan karena kecintaan Allah SWT dan keyakinan yang mendalam atas keagungan dan kebesaran serta rahmatNya, maka mustahil seseorang mampu mengorbankan sesuatu yang berharga yang merupakan milik satu-satuya yang dimilikinya. Inilah puncak kecintaan dan ketulusan kepada Allah, yang sekaligus merupakan bukti nyata Nabi Ibrahim a.s yang telah benar-benar lulus menghadapi ujian yang sangat serius dari Allah. Kenyataan ini menjadi contoh teladan yang baik sekali bagi manusia dan kemanusiaan yang secara fitrah manusia itu cenderung kepada penghambaan diri hanya kepada Allah, yang dimanifestasikan dalam bentuk ibadah. Karena untuk kepentingan beribadah itulah manusia itu diciptakan oleh Allah. Dan dengan jiwa keibadahan itulah manusia mampu mencapai kesucian jiwa.
  2. Al-Ihsaan Fil-Udlhiyyah. Dalam praktek penyembelihan kurban ini ada tujuan ihsan, antara lain dengan menyayangi binatang, seperti dalam hadits Syaddab bin Aus Al Anshari ra,  Shahih Muslim (3:1548), Nabi SAW menyuruh untuk berlaku ihsan terhadap semua makhluk Allah, yang hidup maupun yang sudah mati, manusia maupun binatang. Penyembelih atau tukang potong tidak boleh menakut-nakuti hewan sembelihan, pisaunya harus tajam, tidak boleh menyakiti hewan kurban dengan mengambil sebagian dari dagingnya sebelum disembelih, sembelihlah binatang itu dengan baik.
  3. Idzhaarul Manaafi' Duniawiyyah wal Ukhrawiyyah,yakni tujuan menampakkan manfaat duniawi dan ukhrawi dari inti-inti ajaran Islam, seperti tujuan kesehatan pada menyedekahkan dagingnya, tujuan ekonomi pada pembelian hewan, tujuan budaya pada kedatangannya setiap tahun, tujuan sosial pada berhimpunnya banyak jama'ah saat penyembelihan dan pembagian dagingnya, dan sebagainya. Dalam kurban, nilai-nilai solidaritas sosial betul-betul nampak. Setiap insan harus saling mengasihi dan menyayangi, peduli terhadap orang lain, dan membantu orang-orang yang tidak mampu. Manusia adalah makhluk zon politicon, yaitu makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan bantuan orang lain.Dengan berkurban berarti kita sudah peduli dengan lingkungan sekitar kita, khususnya bagi mereka yang hampir sepanjang tahunnya tidak mampu menikmati daging, karena tergolong fakir atau miskin. Berkurban berarti ikut membantu beban penderitaan orang lain yang lagi kesusahan. Mungkin saatnyalah kita senantiasa berempati kepada sesama agar hidup ini penuh berkah dan berarti bagi diri sendiri, orang lain dan tentunya bagi Allah SWT.
  4. Al-Quwwatu Fil-‘Aqiidah.Dengan menyembelih hewan kurban, kita diingatkan untuk selalu menyebut asma Allah sambil mengenang jejak sejarah anak Nabi Adam dan napak tilas nilai perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dengan isteri dan anaknya, sekaligus nilai sejarah Masy'aril Haram dari 'Arafah, Mudzdalifah, Mina dan tempat bersejarah lainnya. Dengan senantiasa menyebut nama Allah, keyakinan kita terhadap-Nya semakin kuat. Dimana dan kapan pun berada, kita selalu mengingat-NyA.
  5. Al-Idzhaabu Shifaati Hayawaan.Kurban mendidik manusia untuk menghilangkan sifat-sifat kebinatangan, seperti rakus, tamak, dan lain-lain. Di samping itu, pekerjaan atau profesi yang menjurus kepada kemaksiatan sehingga pelakunya sering dipanggil dengan idiom-idiom atau jargon-jargon binatang harus dihindari. Penyebutan panggilan tersebut contohnya: lelaki hidung belang (sebutan bagi lelaki yang suka berzina), kupu-kupu malam (sebutan bagi perempuan pelacur/pezina), lintah darat (sebutan bagi para rentenir), buaya darat (sebutan bagi lelaki/perempuan gombal yang suka berbohong/berdusta/bersilat lidah), tikus-tikus kantor (sebutan bagi orang yang suka korupsi). Sebutan-sebutan tersebut identik dengan dosa dan kemaksiatan, maka wajib bagi umat Islam untuk menjauhinya.
  6. Idzhaaruut Taqwa Ilallooh.Kurban merupakan perwujudan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Implementasi dari rasa dan sikap umat untuk mengerjakan perintah-Nya. Firman-Nya dalam SuratAl-Hajj ayat 37: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Minggu, 28 September 2014

Tinta Infus Printer Tidak Mengalir


Tinta Infus Printer Tidak Mengalir

Tinta Infus Printer Tidak jalan atau tidak keluar untuk mencetak, masalah ini pasti sering timbul pada printer yang sudah dimodifikasi dengan menambah tong tinta di samping printer. Ada beberapa penyebab membuat tinta infus tidak berfungsi dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan mata sendiri mengenai kondisi tinta yang ada di dalam selang infus. Apabila selang infusnya penuh berarti proses pengiriman tinta dari tong yang ada di luar printer ke cartridge masih berjalan normal, sedangkan apabila anda menemukan sebagian selang tidak terisi tinta, itu pertanda jalur selang infus bermasalah.

Berikut ini solusi untuk mengatasi tinta infus printer yang tidak jalan atau selang infus kemasukan udarah sehingga proses pencetakan menjadi tersendat akibat pengiriman tinta dari tong tinta ke cartridge tidak lancar.
  1. Cek installasi selang infus mulai dari tong tinta di bagian luar printer hingga ke cartridge, apakah semuanya tertutup rapat ataukah ada cela yang membuat udarah bisa masuk. Apabila ada celah, sebaiknya segera menutup celah tersebut dengan benar. Daerah yang sering bercelah (bocor) adlah daerah sekitar cartridge. Diantara selang dan cartridge biasanya di pasang semacam karet, Kadangkala karet tersebut terlepas dan jatuh ke dalam cartridge sehingga kondisi selang tidak terikat keras antara ujung selang dengan cartridge.
  2. Cek Penutup Tong Tinta. Ada dua bentuk penutup tong tinta, yaitu yang besar dan yang kecil, yang besar biasanya digunakan untuk mengisi tinta kalau tinta sudah habis, sedangkan penutup yang kecil biasanya digunakan untuk mengontrol pemakaian printer. Untuk menjaga agar tinta yang ada di dalam selang infus tidak kemasukan udarah, tutuplah penutup kecil ini apabila printer sedang tidak digunakan, dan bukalah penutup kecil ini apabila printer sedang digunakan untuk mencetak.
  3. Isilah tinta tepat waktu. Maksud tepat waktu di sini adalah, mengisi tinta selagi tinta masih ada (tidak kosong) dalam tong, jangan mengisi tinta saat tinta yang berada dalam tong tinta sudah benar-benar habis, hal ini memicu masuknya udarah ke dalam selang infus.
  4. Lakukan Deep Clean untuk mengisi tinta dalam cartridge, sekaligus menghilangkan udarah dalam selang infus. Lakukan langkah ini hingga selang infus benar-benar sudah terisi tinta dan tidak ada lagi udarah didalammnya. Berhati-hatilah melakukan tindakan Deep Cleaning karena apabila melakukan berlebihan maka menyebabkan melubernya tinta keluar dari cartridge sehingga menyebabkan hubungan pendek yang berakibat merusak cartridge.

Jumat, 26 September 2014

Sekilas kurtilas

Sekilas Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau Kur-13 atau Kurtilas adalah Kurikulum pengganti Kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebenarnya, Kurtilas ini sudah diterapkan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 lalu, hanya saja masih terbatas untuk SD percontohan. Itu pun baru diterapkan di kelas 1 dan 4. Jadi tidak semua SD menerapkan Kurtilas pada tahun lalu. Nah,,,mulai Tahun Pelajaran 2014/2015 ini semua SD harus menerapkan Kurtilas untuk kelas 1, 2, 4, dan 5. Sementara kelas 3 dan 6 akan menerapkan Kurtilas pada Tahun Pelajaran 2015/2016 mendatang. Nunggu antrian yaaahhh...
 
Apa yang berbeda dari Kurtilas?

1. KARAKTERISTIK
Kalau dalam KTSP, kita mengenal isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Namun, dalam Kurtilas ini kompetensi memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Kompetensi Inti (KI) memuat 3 aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ada 4 rumusan KI, yakni:
KI-1 = Sikap spiritual
KI-2 = Sikap sosial
KI-3 = Pengetahuan
KI-4 = Keterampilan
KI setiap kelas isinya berbeda-beda, tapi intinya tetap sama. Hanya saja, semakin tinggi tingkatan kelas, maka semakin kompleks pula cakupan isi setiap KI.

Kompetensi Dasar (KD) dibagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan pengelompokkan KI.
Kelompok 1 = Kelompok KD untuk sikap spiritual penjabaran KI-1
Kelompok 2 = Kelompok KD untuk sikap sosial penjabaran KI-2
Kelomopk 3 = Kelompok KD untuk pengetahuan penjabaran KI-3
Kelompok 4 = Kelompok KD untuk keterampilan penjabaran KI-4
Untuk SD, silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema.

2. PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran untuk Kurtilas, menerapkan PENDEKATAN SAINTIFIK. 
Apa itu pembelajaran dengan pendekatan saintifik??
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu pembelajaran dilaksanakan atas dasar prinsip pembelajaran siswa aktif. 
Apakah pada KTSP tidak menuntut siswa aktif??
Tidak demikian. Pada setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia tentu menerapkan pembelajaran siswa aktif, demikian pula pada KTSP. Namun, pada Kurtilas ini lebih ditekankan lagi, di mana guru harus mampu membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar dan sumber informasi. Siswa dapat memperoleh informasi atau pengetahuan dari siswa lainnya juga. Siswa juga dituntut untuk berperan dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. 
Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik??
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik harus mencakup langkah-langkah sebagi berikut:
1. Mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak)
2. Menanya (lisan atau tulis)
3. Mengumpulkan informasi/eksperimen
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
5. Mengkomunikasikan/mempresentasikan

Pembelajaran untuk SD tidak lagi dilakukan tiap mata pelajaran, melainkan PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU. Kalau pada KTSP pembelajaran tematik hanya untuk kelas 1, 2, dan 3, pada Kurtilas ini pembelajaran tematik diterapkan pada semua kelas. Kecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, merupakan mapel terpisah.
Untuk Penjasorkes, saya pribadi masih bingung, apakah masuk dalam pembelajaran tematik atau mapel terpisah. Kalau melihat pada buku guru dan buku siswa, Penjasorkes masuk dalam pembelajaran tematik. Namun, ada yang mengatakan nantinya penerapan Penjasorkes akan terpisah. Hhhmmm jujur yang satu ini saya masih bingung

3. STRUKTUR KURIKULUM 

Struktur Kurikulum 2013
 
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
I
II
III
IV
V
VI
Kelompok A
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
4
4
4
4
4
4
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5
5
6
5
5
5
3
Bahasa Indonesia
8
9
10
7
7
7
4
Matematika
5
6
6
6
6
6
5
Ilmu Pengetahuan Alam
-
-
-
3
3
3
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
-
-
-
3
3
3
Kelompok B
1
Seni Budaya dan Prakarya
4
4
4
4
4
4
2
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
4
4
4
4
4
4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
30
32
34
36
36
36
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) dapat memuat Bahasa Daerah

 
Apa itu TEMA dan SUB TEMA??
Seperti yang kita tahu dan sudah saya tuliskan di atas, untuk jenjang SD pembelajaran dilaksanakan dengan tematik terpadu. Dalam pembelajaran tematik KTSP, kita hanya mengenal istilah Tema, di amna satu tema diterapkan untuk 3 minggu. Tidak jauh berbeda dengan tematik KTSP, pada Kurtilas kita akan mengenal istilah TEMA dan SUB TEMA, ada juga PEMBELAJARAN (PB). Berikut penjelasannya:

TEMA, dilaksanakan untuk 3 minggu.
Tema Kelas 1:
1. Diriku
2. Kegemaranku
3. Kegiatanku
4. Keluargaku
5. Pengalamanku
6. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
7. Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitar
8. Peristiwa Alam

Tema Kelas 2:
1. Hidup Rukun
2. Bermain di Lingkunganku
3. Tugasku Sehari-hari
4. Aku dan sekolahku
5. Hidup Bersih dan Sehat
6. Air, Bumi, dan Matahari
7. Merawat Hewan dan Tumbuhan
8. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan

Tema Kelas 4:
1. Indahnya Kebersamaan
2. Selalu Berhemat Energi
3. Peduli terhadap Makhluk Hidup
4. Berbagai Pekerjaan
5. Pahlawanku
6. Indahnya Negeriku
7. Cita-citaku
8. Tempat Tinggalku
9. Makananku Sehat dan Bergizi 

Tema Kelas 5:
1. Benda-benda di Lingkungan Sekitar
2. Peristiwa dalam Kehidupan
3. Kerukunan dalam bermasyarakat
4. Sehat itu Penting
5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia
6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
7. Sejarah Peradaban Indonesia
8. Ekosistem
9. Akrab dengan Lingkungan

Setiap tema-tema tersebut, kemudian dijabarkan ke dalam SUBTEMA.
  • 1 TEMA terdiri dari 3 SUBTEMA. Setiap SUBTEMA dilaksanakan selama 1 minggu. Jadi 3 Subtema untuk 3 minggu. Setiap Subtema, dijabarkan ke dalam PEMBELAJARAN.
  • 1 SUBTEMA terdiri dari 6 PEMBELAJARAN. Setiap pembelajaran dilaksanakan untuk 1 hari. Jadi, 6 pembelajaran untuk 6 hari atau satu minggu
Kesimpulan:
1) 1 Tema terdiri dari 3 Subtema.
2) 1 Subtema terdiri dari 6 Pembelajaran (PB).
3) 1 Tema = 3 Minggu
4) 1 Subtema = 1 Minggu = 6 Hari
5) 1 Pembelajaran (PB) = 1 Hari
Bagaimana Penilaian dalam Kurtilas?? 
Penilaian pada Kurtilas menggunakan PENILAIAN AUTENTIK.
Penilaian Autentik adalah penilaian dengan menggunakan berbagai teknik penilaian.
 
Jenis-jenis penilaian autentik
1. Penilaian Sikap 
Masih ingat muatan KI-1 dan KI-2 kan?? Yupzz..benar! KI-1 memuat sikap spiritual dan KI-2 memuat sikap sosial. Untuk menilai kedua sikap ini, bisa menggunakan teknik penilaian berikut:
a. Observasi/pengamatan
b. Penilaian diri
c. Penilaian antarteman
d. Jurnal catatan guru
2. Penilaian Pengetahuan 
Aspek pengetahuan ada pada KI-3. Untuk menilai aspek ini, digunakan teknik penilaian:
a. Tes tulis 
b. Tes lisan
c. Penugasan
3. Penilaian Keterampilan 
Aspek keterampilan ada pada KI-4. Keterampilan dinilai menggunakan teknik: 
a. Penilaian kinerja
b. Penilaian proyek
c. Penilaian portofolio
 
Oyah…yang perlu kita ketahui dan kita ingat, bahwa untuk penilaiannya tidak lagi menggunakan skala nilai 0–100, melainkan skala 1–4…yaa macam perguruan tinggi gitu. 

Seperti Apa Jadwal Pelajarannya??
Jadwal pelajaran nantinya dibuat per tema/subtema/PB bukan per mapel. Jadi, jadwal akan berubah-ubah setiap minggunya mengikuti tema/subtema/PB yang akan dipelajari.
Contoh jadwal pelajaran bisa lihat di bawah ini